Thursday, April 10, 2008

Bung Hatta Dan Kisah Sepatu Bally

PADA tahun 1950-an, Bally adalah sebuah merek
sepatu yang bermutu tinggi dan tentu tidak murah.
Bung Hatta, Wakil Presiden pertama RI, berminat pada
sepatu Bally. Ia kemudian menyimpan guntingan iklan
yang memuat alamat penjualnya, lalu berusaha
menabung agar bisa membeli sepatu idaman tersebut.

Namun, uang tabungan tampaknya tidak pernah
mencukupi karena selalu terambil untuk keperluan
rumah tangga atau untuk membantu kerabat dan handai
taulan yang datang kepadanya untuk meminta
pertolongan. Hingga akhir hayatnya, sepatu Bally
idaman Bung Hatta tidak pernah terbeli karena
tabungannya tak pernah mencukupi.

Yang sangat mengharukan dari cerita ini, guntingan
iklan sepatu Bally itu hingga Bung Hatta wafat masih
tersimpan dan menjadi saksi keinginan sederhana dari
seorang Hatta. Jika ingin memanfaatkan posisinya
waktu itu, sebenarnya sangatlah mudah bagi Bung
Hatta untuk memperoleh sepatu Bally.
Misalnya, dengan meminta tolong para duta besar atau
pengusaha yang menjadi kenalan Bung Hatta.

“Namun, di sinilah letak keistimewaan Bung Hatta.
Ia tidak mau meminta sesuatu untuk kepentingan
sendiri dari orang lain. Bung Hatta memilih jalan
sukar dan lama, yang ternyata gagal karena ia lebih
mendahulukan orang lain daripada kepentingannya
sendiri,” kata Adi Sasono, Ketua Pelaksana
Peringatan Satu Abad Bung Hatta. Pendeknya, itulah
keteladanan Bung Hatta, apalagi di tengah
carut-marut zaman ini, dengan dana bantuan presiden,
dana Badan Urusan Logistik, dan lain-lain.

Bung Hatta meninggalkan teladan besar, yaitu sikap
mendahulukan orang lain, sikap menahan diri dari
meminta hibah, bersahaja, dan membatasi konsumsi
pada kemampuan yang ada. Kalau belum mampu, harus
berdisiplin dengan tidak berutang atau bergantung
pada orang lain. Seandainya bangsa Indonesia dapat
meneladani karakter mulia proklamator kemerdekaan
ini, seandainya para pemimpin tidak maling, tidak
mungkin bangsa dengan sumber alam yang melimpah ini
menjadi bangsa terbelakang, melarat, dan nista
karena tradisi berutang dan meminta sedekah dari
orang asing.

No comments: